Kamis, 19 April 2012

Mengenal Sosok Soe Hok Gie

Siapa yang gag kenal Soe Hok Gie, ayoo angkat tangan….

Udah jangan lama-lama angkat tangan keteknya bau aceem,hehehe

Yang gag kenal Soe Hok Gie kenalan dulu gih…….



Ni ane mau kasih info si Aktivis mahasiswa yang pernah berjaya di jamannya..



Soe Hok Gie lahir di Jakarta, 17 Desember 1942 dan meninggal di Gunung Semeru sehari sebelum hari ulang tahunnya yang ke-27  pada tanggal 16 Desember 1969. Soe Hok Gie adalah seorang aktivis Indonesia yang kuliah di Universitas Indonesia Fakultas Sastra tahun 1962-1969. Mahasiswa UI mana suaaarrraaannyyaaa ???? *krik krik krik*.

Beliau ini nih seorang anak yang teguh dalam memegang pendiriannya dan rajin banget mendokumentasaikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Coba kalau dulu Soe Hok Gie punyak blog pasti seru. Nah buku hariannya ini sangat bersejarah sampek di bukukan dan diterbitkan dengan judul "Catatan seorang Demonstran". Kenapa judulnya Catatan Seorang Demonstra?? Ya kerena hobi beliau Demo kali yee… hahaha ngaco. Yaa karena kebanyakan isi dari bukunya menceritakan perjuangannya membela hak-hak masyarakat Indonesia dengan cara demo dengan teman-temannya. Tapi gag semua tentang demo kok, ada juga tentang perjalanannya study ke Eropa dan berbagai pemberontakan atau penolakannya pada sesuatu yang beliau anggap salah. Ane udah baca kok bukunya, seru juga baca buku hariannya orang. Hahahaha. 



Soe Hok Gie tamat SMA di Kolese Kanisius. Nama Soe Hok Gie merupakan dialek Hokkian dari namanya Su Fu Yi kalok dalam bahasa mandarinnya Hanzi. Leluhur beliau berasal dari dari provinsi Hainan, RRI. Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sustrawan. Beliau merupakan adik kandung dari Soe Hok Djin ( Arief Budiman) seorang dosen Universitas Kristen Satya Wacana.




Beliau merupakan penulis produktif di beberapa media massa seperti Kompas, Harian Kami, Sinar harapan, Mahasiswa Indonesia dan Indonesia raya. Kalau sekarang beberapa media massa tersebut kayaknya udah pada punah, yang ane tau sih kalau Kompas masih bertahan sampaek sakarang. Banyak juga loh karyanya bang Hok Gie sekitar 35 karya artikel, tapi ini masih perkiraan dari sepertiga karya-karyanya. Selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru karyanya udah dibukukan dan diterbitkan dengan judul "Zaman Peralihan" (Bentang, 1997).


Nah kalau mahasiswa S1 tugas akhirnya kan skripsi nih, kalau bang Gie Hok Gie kira-kira mengambil tema apa hayoo?
Bang Hok Gie yang juga aktif di UKM MAPALA. Eh, tapi Mapala yang ane maksud bukan Mahasiswa Paling Lama yang kayak dimaksud Bang Allit dalam bukunya Skripshit tapi Mapala yang ane maksud Mahasiswa Pecinta Alam. Ok, bang Hok Gie mengambil tema Serekat Islam Semarang denagn judul "Di BAwah Lentera Merah" yang sudah dibukukan juga oleh penerbit Bentang. Eeeem ada juga satu karyanya sebelum skripsi yaitu tentang pemberontakan PKI di Madiun dan sudah dibukukan juga dengan judul "Orang-orang Di Persimpangan Kiri Jalan" diterbitkan oleh Bentang juga. Pastinya royalti bang Hok Gie banyak tuh *otak-otak duitan*.






Tadi di awal kan udah ane kasih tau kalau bang Hok Gie meninggal di Gunung Semeru. Nah apa coba sebabnya? Kepleset trus masuk lahar Semeru atau dimakan bianatang buas? Haaah ngaco lagi. Yang bener beliau meninggal karena menghirup asap beracun di gunung tersebut. Beliau meninggal bersama sahabatnya, Idhan Dhanvantari Lubis. Kalau kalian ke Semeru pasti liat disana ada tugu untuk mengenang beliau. Tapi beliau dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo tanggal 24 Desember 1969. Tapi dua hari setelah pemakaman dipindah lagi ke perkebunan Kober, tanah Abang. Tahun 1975 makam beliau akan pindah lagi tapi ditolak oleh keluarga dan teman-temannya, sehingga jalan terbaik adalah dengan membakar tulang belulang beliau (kremasi) dan abunya disebarkan di guning Pangrango.




Kalau menurut ane nih mati muda yang dialami oleh beliau merupakan salah satu dari beberapa cita-citanya. Nah cita-cita itu juga salah satu dari cita-cita ane juga. Dulu waktu SMP ane udah punyak cita-cita ini, didalam hati dan otak ane tertancap "pokoknya umur 17 taon ane udah gag boleh ada di dunia ini". Hmmmmm tapi rencana Allah lebih panjang dari pada rencana ane tadi. Ane punyak cita-cita begitu juga ada sebabnya, tapi maaf ane gag bisa jabarinnya. Cukup ane dan Allah yang tau yeee hehe.


Udah ah kembali ke bang Hok Gie. Salah satu kutipan karya sastra bang Hok Gie yang ane demen sama kematian sebagai berikut :

*Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan
Yang kedua dilahirkan tapi mati muda
Dan yang paling tersial adalah berumur tua
Berbahagialah mereka yang mati muda,
Mahkluk kecil kembalilah dari tiada ketiada 
Berbahagialah dalam ketiadaanmu*


Ane paling suka nih baca karya-karya sastra bang Hok Gie. Puisi-puisi serta sajak-sajaknya sangat bikin ane terlena. Dengan pilihan kata dan pemilihan diksi yang indah membuat karya-karya tersebut begitu hidup. Ini beberapa karya sastra dari bang Hok Gie yang ane suka. Yuuuuk cekinyooot!!!!!

Sebuah Tanya
Selasa, 1 April 1969 - Soe Hok Gie


Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
Sambil membenarkan letak leher kemejaku.


Kabut tipis pun turun pelan-pelan dilembah kasih, lembah Mandalawangi.
Kau dan aku tegak berdiri melihat hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin


Apakah kau masih membelaiku selembut dahulu
Ketika kudekap kau dekaplah lebih mesra,
Lebih dekat.


Lampu-lampu berkedipan di Jakarta yang sepi
Kota kita berdua, yang tau dan terlena dalam mimpinya 
Kau dan aku berbicara tanpa kata, tanpa suara
Ketika malam yang basah menyelimuti Jakarta kita


Apakah kau masih berkata
Kudengar derap jantungmu
Ketika begitu berbeda dalam semua
Kecuali CINTA


Haripun menjadi malam kulihat semuanya menjadi muram
Wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara
Dalam bahasa yang tidak kita mengerti
Seperti kabut pagi itu


Manisku, aku akan jalan terus membawa kenangan-kenangan
Dan harapan-harapan bersama hidup yang begitu biru.




Puisi Soe Hok Gie


Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Mirza
Tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku


Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mendala wangi
Ada serdadu-serdadu yang manis di lembah Mendala wangi
Ada bayi-bayi mati di Biafra


Tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu


Mari, sini sayangku
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpatik padaku
Tegaklah ke langit atas awan mendung


Kita tak pernah menanamkan apa-apa
kita takkan pernah kehilangan apa-apa



Nah itu beberapa puisi dari bang Hok Gie yang membuat hati ane berdesir. Yang ingin baca karya bang Hok Gie baca dah buku-bukunya. Yang gag suka baca ada filemnya juga kok. Keren banget pokoknya, cocok buat kalian mahasiswa yang demen di dunia aktivis..
Sekian ya postingan ini. Makasih yang udah berkunjung dan baca dari awal sampai akhir. Yang hanya sekedar lewat ane ucapkan terimakasih juga. Semoga bermanfaat^^



3 komentar:

  1. aku gak terlalu tahu ttg tokoh ini, jd gak terlalu tahu. ada filmnya pun aku juga blm tahu, blm nonton. :)

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. waah baru tau kalau tanggal pemakaman pertama SOE HOK GIE sama kayak tanggal lahir ane.

    BalasHapus