Selasa, 06 September 2011

Proses Dalam Sebuah Kehidupan

Temanku yang pacarnya Gita bilang, “ hidup ini adalah sebuah proses untuk mengisi sebuah lembaran putih dengan tinta yang berwarna – warni”. Aku berkata dalam hati, “jikalau aku katakan ini kepada teman – temanku apa reaksi mereka ya?” Dengan langkah tegas dan cepat aku menemui ke empat temanku yang selama ini setia menemaniku., mereka adalah Si Murung, Si Senang, Si Atheis, dan Si Iman. Akupun mulai menceritakan tentang pernyataan temanku yang pacarnya Gita itu kepada keempat teman setiaku. Mereka menanggapinya sesuai apa yang aku perkirakan, dengan perdebatan – perdebatan kecil saling mempertahankan pendapatnya. Akhirnya aku menengahi karena aku yang membuat mereka berdebat. “Sudahlah kawan – kawan, apa salahnya kalau kita berbesar hati dan saling mendengarkan pendapat teman – teman kita, toh tak ada salahnya mendengarkan dulu”, kataku sembari bercanda dengan keempat temanku itu.
“Apakah hanya dengan tinta berwarna – warni kita dapat hidup dan memulai proses pengisian lembaran putih?”, kata Si Murung sambil menggosok – gosok keningnya yang sudah mulai berkerut – kerut, walaupun usianya tak beda jauh dari aku. Aku dan ketiga temanku berusaha untuk memahami pendapat dari Si Murung. Sekitar 15 menit kami terdiam sampai Si Senang mulai berpendapat aku, “Aku rasa memang harus seperti itu Rung ( panggilan untuk Si Murung ), apakah ada yang salah dengan kata – kata itu?”. “ Karena jujur saja aku belum pernah menggunakan tinta warna – warni untuk berproses dan mengisi lembaran dalam hidup ini.”, sahut Si Murung. “Memangnya tinta apa yang akan kau gunakan jika kau berproses nantinya Rung, kalau bukan tinta yang berwarna - warni?”, Tanya Si Atheis penuh selidik. Aku, Si Senang dan Si Iman saling bertatap muka, penasaran kira – kira jawaban apa yang akan diberikan oleh Si Murung tentang warna tinta yang biasa di gunakannya untuk berproses. Setelah sekian lam saling berhadapan dan penasaran Si Murungpun menjawab, “Aku akan terbiasa menggunakan tinta hitam jika diminta untuk mengisi dan berproses di atas sebuah lembaran putih.”. Kami berempat pun tersenyum puas atas jawaban Si Murung, karena demikianlah dia adanya, dan itu adalah pendapatnya. Dan kami harus bisa menghargainya.
“Si Murung khan sudah berpendapat tentang pernyataan temanku, apakah masih ada yang ingin berpendapat lain?”, aku menawarkan kesempatan berpendapat kepada ketiga temanku yang lain, dan kebetulan belum mengutarakan pendapatnya. “Ya teman – teman, aku juga ingin mendengarkan pendapat kalian, bukan dengan tujuan lain kok, hanya untuk sekadar sharing saja.”, tambah Si Murung. Si Senangpun mulai angkat bicara, “Kalau aku sependapat dengan si pacarnya Gita, malah tadi aku sempat berpikir bagaimana jika nanti bukan tinta warna – warninya yang habis tapi malah lembaran putihnya yang habis?”. Kembali kami terdiam dan berfikir akan pertanyaan Si Senang. “Waduh kenapa bisa sampai lembaran putihnya Nang ( panggilan kami untuk Si Senang )?”, Tanya Si Iman penasaran. “Aku sangat senang dengan yang namanya warna – warni, jadi aku akan dengan mudahnya mengisi penuh lembaran putih itu, dan jikalau nantinya lembaran putihnya habis, aku akan mencari lembaran putih yang lainnya dan terus kuisi dengan warna – warni.”. Begitulah pendapat dari Si Senang.
“Apakah hanya pada sebuah lembaran putih kita dapat berproses untuk mengisi dan menorehkan tinta warna – warni dalam hidup ini?”, Tanya Si Atheis. Kami berempat terdiam mendengar pertanyaan Si Atheis. Sekian lama kami terdiam membisu dalam hening sampai akhirnya Si Atheis sendiri angkat bicara. “Kalau aku disuruh untuk berproses dengan tinta yang berwarna – warni, aku akan menggunakan lembaran – lembaran yang warnanya sesuai dengan hatiku, tidak perlu harus lembaran putih khan!”, jawab Si Atheis yang akhirnya tambah membuat Aku dan kedua temanku semakin membisu. “Wah pasti bagus itu Is ( panggilan untuk Si Atheis ), karena pasti meriah sekali proses itu nantinya”, sambut Si Iman dengan senyum lebarnya.
“Akhirnya, sekarang giliranku berpendapat ya kawan – kawanku”, kata Si Iman sambil beranjak dari tempat asalnya. “Jika nanti aku berproses, aku akan memakai semua tinta yang ada, baik itu yang berwarna – warni ataupun haya hitam saja, karena hitam juga salah satu bagian dari warna – warni. Dan untuk media yang ku gunakan, mungkin aku sependapat dengan Si Atheis, namun sebelum itu tetap ku dasari lembaran warna itu dengan warna putih, supaya warnanya akan semakin indah dan menarik.”
Itu pendapat dari keempat kawanku. Apakah anda akan berpendapat lain ?????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar